Harga batu bara kembali ambruk menyentuh posisi terendah selama dua bulan terakhir.
Melansir data Refinitiv, harga batu bara acuan ICE Newscastle kontrak Oktober pada perdagangan kemarin Kamis (12/9/2024) berakhir di posisi US$ 134 per ton, dalam sehari susut 1,47% dan menghapus penguatan sehari sebelumnya sebesar 0,29%.
Secara intraday, pergerakan batu bara kemarin bahkan sempat ambruk menyentuh US$ 130 per ton.
Depresiasi tersebut membawa harga batu bara menyentuh level terendah sejak 11 Juli 2024. Tercatat sudah lima pekan beruntun harga komoditas fosil ini berada dalam tren pelemahan
Penyusutan harga batu bara terjadi seiring dengan melemahnya permintaan dari pembeli utama energi fosil ini, China.
Pada pekan ini, data inflasi China periode Agustus 2024 kembali menunjukkan perlambatan secara bulanan dengan tumbuh 0,4% dari bulan sebelumnya 0,5%.
Meski begitu, dalam basis tahunan indeks konsumen China masih tumbuh 0,6% dari bulan sebelumnya 0,5%. Namun, inflasi tersebut masih lebih lambat dari prediksi pasar yang berharap tumbuh 0,7%.
Menurut data PMI Manufaktur oleh NBS, sang Naga Asia ini sudah selama empat bulan beruntun menunjukkan kontraksi pada sektor manufaktur. Selain itu, inflasi konsumen sebesar 0,6% secara tahunan (yoy) pada Agustus, melambat lebih dalam dari proyeksi yang berharap tumbuh 0,7% yoy. Ini menunjukkan daya beli masih cukup lemah